Jumanto.Net – Jika ada Ibu yang berhasil mendidik anak dalam Islam sehingga anak tersebut menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya, maka si ibu ini wajib menjadi contoh bagi kita. Cara Rasul mendidik anak tentu menjadi pembelajaran utama kita, tapi di saat ada perempuan yang mendidik anak menurut islam dan berhasil, tak ada salahnya kita mengambil pelajaran darinya.
Mendidik anak cara Rasulullah adalah cara terbaik untuk menjadikan anak kita menjadi anak yang berbakti, anak yang sholih, rajin sholat, yang akan senantiasa mendoakan orang tuanya dan menjadi amal yang tak terputus setelah kita mati.
Menjadikan anak yang kelak bisa dibanggakan bukanlah cara instan. Oleh karena itu, islam menganjurkan untuk mendidik anak sejak dalam kandungan, sabar dalam mendidik anak yang keras kepala, baik mendidik anak perempuan maupun laki-laki.
Cara mendidik anak memang gak mudah, tapi kewajiban kita adalah mencoba semaksimal mungkin, semampu kita, untuk menjadikan anak kita menjadi anak yang berbakti dengan mengikuti panduan mendidik anak ala Rasulullah serta orang-orang sholih yang telah berhasil mendidik anaknya secara islami.
Contoh Ibu yang berhasil mendidik anak dalam Islam
Pagi tadi selepas sholat subuh saya membaca-baca artikel di cahayanabawiy.com dan menemukan artikel bagus mengenai ibu yang berhasil mendidik anak dalam Islam.
Kisah tersebut adalah kisah betapa berbaktinya Imam Abu Hanifah kepada Ibundanya, sehingga menuruti apa yang disuruh oleh sang Ibunda.
Imam Abu Hanifah adalah salah satu potret keberhasilan ibu mendidik anak dalam islam. Tak diragukan lagi keshalihan dan keilmuan Imam Abu Hanifah.
Seluruh penjuru dunia juga tahu bahwa Imam Abu Hanifah ini terkenal keluasan Ilmunya dan menjadi salah satu panutan dari 4 madzhab yang masih eksis sampai saat ini.
Kisah ibu Abu Hanifah yang berhasil mendidik anak dalam Islam
Jadi kisah Imam Abu Hanifah dan Ibundanya itu begini:
Suatu hari, Ibunda Imam Abu Hanifah menyuruh beliau untuk bertanya kepada seseorang mengenai hukum darah yang keluar setelah suci.
Ibunda Abu Hanifah, “Wahai anakku, aku telah melihat ada darah setelah hari-hari suci, sehingga aku tak tahu apakah aku harus meninggalkan sholat atau tetap melaksanakannya. Pergilah Engkau kepada Abu Abdurrahman Umar bin Dzurr lalu tanyakanlah mengenai masalahku ini”.
Lalu apakah Imam Abu Hanifah tak tahu jawaban pertanyaan Ibundanya ini? Orang se’alim Imam Abu Hanifah gak mungkin gak tahu mengenai permasalahan ibundanya ini.
Jika beliau mau, beliau bisa saja menjawabnya seketika dengan jelas dan terang benderang seperti matahari menyinari bumi di siang hari.
Tapi karena rasa baktinya beliau kepada sang Ibunda, beliau tak menjawab permasalahan Ibunda tersebut, tapi menuruti perkataan Ibunda.
Lalu pergilah beliau ke rumah Abu Abdurrahman Umar bin Dzurr dan menanyakan permasalahan Ibundanya ini kepada beliau.
Abu Abdurrahman Umar bin Dzurr yang mendengar pertanyaan Abu Hanifah pun tertawa. “Engkau bertanya mengenai suatu hal, sedangkan kami selama ini mengambil ilmu darimu”, jawab Abu Abdurrahman Umar bin Dzurr.
Imam Abu Hanifah pun menjawab, “Sesungguhnya ibuku telah memerintahkanku untuk bertanya kepada Engkau, beliau memiliki hak atasku”.
Abu Abdurrahman Umar bin Dzurr menyambung lagi, “Wahai Abu Hanifah, apa yang telah engkau sampaikan mengenai persoalan itu (pertanyaan dari Ibunda Abu Hanifah)?”
“Aku berkata demikian, demikian, demikian (menjelaskan jawaban atas pertanyaan sang Ibunda).” Jawab Imam Abu Hanifah.
“Pergilah dan katakanlah kepada ibumu demikian, demikian, demikian (persis seperti perkataan Abu Hanifah)” Jawab Abu Abdurrahman Umar bin Dzurr.
Lalu pulanglah Imam Abu Hanifah dan menjelaskan dengan penuh adab dan sopan santun kepada sang Ibunda, ”Abu Abdirrahman Umar bin Dzurr menerangkan kepada ibu demikian, demikian, demikian.”
Nah, setelah membaca kisah ini, sangat menakjubkan bukan akhlak seorang ulama kepada Ibundanya?
Tak ada bantahan sedikitpun dari Abu Hanifah saat disuruh oleh Ibundanya. Amazing. Padahal beliau sudah tahu jawabannya dan jawaban dari Umar bin Dzurr pun adalah jawaban dari Imam Abu Hanifah sendiri.
Kalau kita jadi Imam Abu Hanifah gimana, apakah akan menurutinya?
Jika kita mendidik anak secara islami sejak dalam kandungan, maka hasilnya akan menjadi Imam Abu Hanifah-Abu Hanifah yang lain.
So, kapan kita mau belajar mendidik anak secara Islami?
Mendidik anak dalam islam adalah cara terbaik menjadikan generasi muda yang unggul dalam kualitas untuk membangun bangsa. Mari belajar bersama-sama untuk mendidik anak dalam Islam.