jumanto.net – Kang Sagin, Penjual Cilok Legendaris Di Desa Pelumutan Purbalingga. Mengingat kehidupan masa kecil kita, itu bikin kangen sama teman-teman dan orang-orang yang terlibat dengan kejadian kita di masa itu. Salah satu kenangan yang gak pernah hilang dari ingatan saya adalah, kenangan jajan di sekolah atau pulang sekolah.
Untuk anak-anak yang lahir di generasi 80-an, tentu ingat beberapa pedagang keliling yang menjajakan dagangannya.
Kebanyakan pedagang jajanan keliling yang jualan di Pelumutun itu berasal dari desa lain.
Mereka biasanya keliling berjualan dengan membawa sepeda.
Di bagian boncengan belakang ada wadah es berisi es lilin, atau panci untuk menaruh cilok.
Lalu yang khas tentu saja suara sinyal jualannya “tet tet tet tet”.
Sosok Kang Sagin Si Penjual Cilok Legendaris Di Desa Pelumutan
Salah satu penjual cilok kala itu adalah Kang Sagin, yang berjualan keliling kampung membawa “pit onta“.
Sepeda perempuan yang dibawa Kang Sagin kita namakan dengan pit onta.
Beliau berjualan Cilok, yang bahasa ngapak Pelumutannya disebut dengan kojek.
Cilok atau aci dicolok, dikenal di Jawa Barat.
Kalau di Pelumutan, namanya kojek.
Aci rebus atau kukus yang dicolok pakai bambu, lalu dimasukkan plastik dan dikasih sambal.
Itulah jualannya Kang Sagin, dan ternyata itu masih ada sampai sekarang gaes.
Legendaris banget.
Kalau ketemu sama Kang Sagin sekarang ini, bakalan nostalgia banget nih.
Bersama dengan Lik Bonong, penjual jajanan keliling yang menghiasi masa kecil kita di tahun 90-an dulu.
Duh, masa kecil itu terasa indah banget jika dikenang saat ini.
Berjualan Keliling Dari Kampung Ke Kampung
Taraf ekonomi di desa-desa, seperti di Pelumutan dan sekitarnya, memang masih banyak yang berada di garis menengah ke bawah.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, saya salut dengan perjuangan Kang Sagin.
Pantang menyerah dan tidak mau berpangku tangan.
Hasilnya mungkin tidak banyak dari hasil jualan cilok keliling kampung.
Jam 6 pagi sudah harus mengontel sepedanya, menjajakan dagangan yang mungkin sudah tergerus jaman.
Tapi, kemauan untuk terus berusaha mencari nafkah adalah hal yang patut dipuji, dibandingkan lelaki di luar sana yang malas bekerja dan hanya berpangku tangan.
Jika kamu yang kenal dengan Kang Sagin di masa lalu, dan sekarang sudah sukses, lalu ketemu dengan beliau di jalan, mungkin kamu bisa membeli dagangannya dan membayar lebih sebagai shodaqohan.
Kebahagiaan terbesar pedagang adalah saat jualannya dibeli orang.
Membahagiakan orang itu juga berpahala.
Apalagi ditambah shodaqoh yang kamu berikan.
Kang Sagin, Masih Berjualan Di Usia Senja
Melihat orang di usia seperti Kang Sagin, yang sudah seharusnya bisa lebih menikmati masa tuanya, tapi masih bertahan menghadapi kerasnya hidup, membuat kita senantiasa bersyukur, bahwa kita masih mendapatkan nasib yang lebih baik.
Jika masih bisa membantu, mudah-mudahan kita bisa membantu, suatu saat jika bertemu beliau.
Apa pun bentuknya.
Minimal mendoakan beliau, agar senantiasa sehat, diberikan kekuatan untuk menjemput rizki dari Tuhan.
Dari hati yang paling dalam, saya yakin, Kang Sagin juga tidak mau menjalani kehidupan seperti ini.
Harus berjualan cilok keliling dengan omzet yang tidak pasti, dan mungkin juga tidak cukup untuk menghidupi keluarganya.
Namun, buat saya, profesi yang beliau jalankan, tetap sesuatu yang mulia, karena menjauhkan dari sifat malas bekerja.
Mudah-mudahan, Kang Sagin, Penjual Cilok Legendaris Di Desa Pelumutan, selalu sehat, panjang umur, dan dimudahkan rizkinya. Aamiin. Baca juga: Sungai Serayu Desa Pelumutan.